Berita

Bangunan Merah Indah Gie Yong Bio yang Menyimpan Harmoni dan Sejarah

Bangunan Merah Indah Gie Yong Bio yang Menyimpan Harmoni dan Sejarah
Bangunan Merah Indah Gie Yong Bio yang Menyimpan Harmoni dan Sejarah

Klenteng Gie Yong Bio Bangunan Ikonik Kabupaten Rembang. (Novi Oktaviani)

REMBANG, utrembang.com – Di balik lalu lalang kendaraan, Klenteng Gie Yong Bio berdiri dengan indah dan menawan. Halaman lapang dipenuhi dedaunan menjadi salah satu bangunan ikonik di Desa Babagan. Banyak kisah sejarah yang masih tersimpan. Dibalik keheningannya, tempat ini adalah tempat suatu umat untuk bersujud dan berdoa kepada Sang Pujaan.

Bangunan bercat merah dan kuning keemasan ini sudah berdiri sejak tahun 1780-an. Berdirinya klenteng ini menjadi simbol sejarah bagi para pahlawan Kota Lasem ketika perang melawan VOC. Pasukan perang yang mengkolaborasikan 3 elemen yaitu Jawa, China, dan Islam menjadi kisah dibalik klenteng ini.

Tiga bersaudara pemimpin perlawanan masyarakat Lasem atau dikenal sebagai Tiga Serangkai Pahlawan dalam perang kisahnya tertoreh didalamnya. Sosok Tiga Serangkai Pahlawan tersebut adalah Raden Ngabehi Widyadiningrat (Oei Ing Kiat), Raden Panji Margono (Tan Pan Tjiang), dan Tan Kee Wie. Perjuangan hingga titik darah penghabisan mereka abadi dalam Klenteng Gie Yong Bio.

BACA JUGA :  Kisah Sukses Farel Erfasa Ramadhan, Mahasiswa UT Rembang yang Tempati Jabatan Sekretaris BUMDes

Sejalan dengan sejarahnya, Gie Yong Bio bermakna tempat ibadah yang menjunjung nilai kebajikan, keberanian, dan keadilan. Nama ini bukan sekedar sebutan, melainkan simbol luhur yang terus dijaga hingga sekarang.

Meski tampak dari jalur utama Pantura, Klenteng Gie Yong Bio tidak langsung berada di pinggir jalan. Halaman luas yang membentang membuat pengunjung perlu berjalan sedikit untuk memasuki bangunan utama klenteng. Siapa pun dapat berkunjung dan belajar dari klenteng ini.

Gerbang gapura dengan ornamen khas klenteng dan nuansa budaya Tionghoa menyambut siapa pun yang melangkah masuk. Di sisi depan barat gerbang utama klenteng, terdapat informasi terkait dengan sejarah Gie Yong Bio. Bangunan yang masih mempertahankan bentuk aslinya, khas arsitektur Tiongkok kuno seperti klenteng lama pada umumnya.

Pintu klenteng yang lebar dan tinggi dengan ukiran tokoh yang menggambarkan penjaga klenteng menyambut siapa pun yang masuk ke sana. Bahkan setiap sisi dan sudut klenteng memiliki makna dan filosofi tersendiri.

BACA JUGA :  PMII Komisariat Sultan Mahmud Tarik Wirausahawan Muda, "From Zero To Be Ceo"

Terdapat lukisan hitam putih pada dinding kanan dan kiri klenteng. Tiap petak lukisan menggambarkan nilai moral dan ajaran kehidupan.

Dalam kegiatan workshop jurnalisme arkeolog pada 27 Juni 2025, ahli klenteng China di Lasem, Kwa Tong Hay menjelaskan bahwa lukisan di dinding itu bukan hanya sekedar visual saja.

“Lukisan-lukisan pada sisi kanan dan kiri tembok klenteng biasanya diambil dari cerita-cerita legenda klasik, yang menceritakan pahlawan-pahlawan atau cerita yang berisikan ajaran kehidupan, seperti kesetiaan, keberanian, dan lainnya,” ujarnya sembari menunjuk lukisan.

Setelah melewati deretan lukisan di dinding klenteng, langkah berlanjut menuju bagian tengah bangunan. Di sanalah terdapat altar utama atau ruang paling sakral dalam klenteng yang menjadi pusat pemujaan dan tempat umat memanjatkan doa. Altar pemujaan dengan patung dewa dan dua pemimpin perang Lasem terlihat dengan lilin merah dan dupa yang mengepul serta hidangan sesembahan disekelilingnya. Semua disiapkan sebagai bentuk penghormatan dan persembahan.

BACA JUGA :  Rembang Expo 2025: Persiapan Kilat, Stand UT SALUT Kartini Tampil Beda

Di sisi timur Kelenteng Gie Yong Bio, terdapat patung Raden Panji Margono, pemimpin etnis Jawa yang dihormati, meski bukan dari kalangan Tionghoa. Menariknya, patung Raden Panji Margono dibuat seukuran dengan patung di altar utama, menunjukkan bahwa penghormatan kepadanya setara meski berasal dari etnis yang berbeda. Penempatannya yang terpisah juga menjadi simbol penghormatan dan mencerminkan nilai keberagaman yang dijunjung tinggi di kelenteng ini.

Keberadaan patung Raden Panji Margono di antara simbol Tionghoa menegaskan bahwa Lasem bukan hanya kota tua, tetapi rumah bagi nilai persaudaraan dan toleransi yang terus dijaga hingga saat ini.

Klenteng Gie Yong Bio bukan hanya menjadi tempat ibadah, namun juga ruang yang merekam jejak toleransi dan keberagaman di tengah hiruk pikuk Pantura. Gie Yong Bio berdiri bukan hanya sebagai peninggalan sejarah, melainkan sebagai pengingat bahwa harmoni mampu dibangun diatas peradaban.

Video pilihan: Sambutan Bupati Rembang Wisuda UT Tahun 2021

Bagikan :
Editor : Alfia Dwi Nastiti